Dialog Singkat Pensil dan Penghapus: Peraduan Dua Prespektif

Aku pensil yang dulunya menulis.
Sayangnya aku tak lagi menulis.
Terlalu tumpul, karena sering mengukir perih.

Penghapus pernah berkata, "kembalilah menulis, biar ku hapus coretan lalu".
Sia-sia. Arang hitam ku banyak terbuang percuma.
Menggores dan mencoret hal yang sama.

Penghapus diam sambil berbisik, "karet ku pun habis karena coretan mu".
Menghapus jejak dan coretan yang sama

Sia-sia. Aku pensil yang sia-sia.


Depok, 22 Februari 2015

Komentar

Postingan Populer