Menyelip Rindu Senja
Kali ini aku sempatkan bercerita tentang sisa-sisa waktu. Dulu kuselipkan untuk beberapa malam menemaniku mempelajari kerinduanku.
Tanpa kata aku pernah utuh mengikrar senja sebagai terpuja. Dengan lembut bias sinarnya menerpa. Seakan ikrar ku tersambut. Lalu termagu aku menunduk dan memilah-milih air yang ku seka dari sudut mataku. Senja menemaniku menghabiskan kopi dan menelan sisa pahit di lidahku. Lantas tertawa aku dengannya. Berkata ia, "Badaimu juga milikku. Lantas tetaplah selamanya bersamaku".
Ku di sebelah Senja, mengukur sudut malam dengan harapan waktu berserah diri kepadaku. Aku memilih diam. Senja di sebelahku. Bersiap untuk pulang. Lantas kembaliku menunduk, memilah milih air yang ku seka dari sudut mataku. Lantas aku menunggu Senja menghiburku. Setidaknya ada candu berteman dengan haru biru. Sayangnya hanya rasa dan diam yang menggiringnya bersama malam.
Badaiku datang lagi. Ringkih aku mengukur langkah. Senja kuselipkan dalam kemeja polos yang siap ku gantung di belakang pintu hati. Lain kali kuceritakan lagi tentang Senja itu.
08032017
Komentar
Posting Komentar