Cerita Hujan Tentang Masa
Gadis itu memandang dengan teduh, sembari menyeruput
kopi yang semakin dingin terbawa arus malam. Sepenggal cerita menghiasi
kenangan masa lalu tentang muda yang tak akan habis oleh waktu. Sebuah senyuman
kecil terselip indah di sudut bibir yang merah merekah itu. Lantas sepasang mata indah menatap dalam sambil berkata,
“Masih ingatkah kamu tentang hujan yang meneduhkan
kita dahulu?”
Sebuah tatapan dalam menyeruak kedalam cerita masa
lalu yang telah lama ku simpan dalam. Namun hanya dengan sepenggal kata dari
bibir itu, tak mampu hati mengikuti pikiran yang telah siap membuang kebohongan.
“Masih.”, ujar ku pelan.
“Saat ini hujan itu telah berhenti. Tapi sayangnya
aku selalu menantikan langit untuk kembali mendung dan menumpahkan gerimis
kembali. Aku tak ingin hujan, cukup gerimis.” gadis itu berkata halus.
Layaknya cerita yang lalu, kembali hati membongkar
dinding yang hampir berdiri. Sayangnya pikiran lebih mendominasi
dibanding hentakan hati yang sedari awal ingin berujar langsung.
“Hujan yang lalu masih tersimpan rapi. Hujan itu tak
terlupa. Hujan yang membuat ku kuyup dengan rintikan air langit yang sejuk.
Sayangnya rintikan itu terlalu banyak, membuat ku kuyup. Dan kuyup itu cukup
lama ku keringkan sendiri.” ujarku pelan.
Selintas terlihat tatapan sendu itu menyelinap jauh.
Gadis itu memalingkan wajah dan menunduk pelan. Tidak lama bibir itu kembali
berucap pelan. Sembari tersenggal ia berkata,
“Payung tak mampu mengeringkan kuyup. Hujan terlalu deras untuk dilewati bersama payung
itu. Mungkinkah aku mengharap gerimis?”
Kali ini tak lagi senyum tersunging di bibir merah
itu. Hanya sebuah pandangan dalam tentang pengharapan atas keinginan. Gadis itu
kembali menyeruput kopi sambil membuang desah gelisah.
Bagus cerita ini! Sangat interesting!!!
BalasHapusTerimakasih Julie. Maaf saya jarang update saat ini.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus