DISKUSI TEATER BERSAMA AFRIZAL MALNA

        Sebuah kehidupan tentunya tidak lepas dari aspek berkesenian di dalam kehidupan setiap individu. Baik itu secara tersurat maupun tersirat di dalam diri individu masing-masing. Aspek berkesenian inilah yang menyebabkan masyarakat berbondong-bondong mengikuti festival teater yang diadakan di Taman Budaya Padang. Nah, pada saat Festival Teater ini, Afrizal Malna (pemerhati teater) yang turut mengikuti serangkaian festival teater menjadi pembicara dalam diskusi teater yang dilakukan setelah rangkaian teater-teater tersebut selesai di tampilkan.


 
 Untuk penggemar sastra Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Afrizal Malna. Pasalnya beliau adalah salah satu penulis Indonesia yang telah cukup lama melintang di dalam dunia sastra Indonesia dan telah menghasilkan berbagai karya sastra yang cukup fenomenal, serta telah meraih berbagai penghargaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.



Teater Indonesia Saat Ini       
  
Seniman itu bersembunyi di balik bidang seni yang di gelutinya. Baik itu dari seni tari, musik, rupa, dan tidak terkecuali teater. Bersembunyi yang di maksudkan di sini yaitu berada di balik karya-karyanya yang menggambarkan diri seniman itu masing-masing. Menurut Mas Afrizal Malna, seorang seniman teater bersembunyi di balik teater yang menjadi karyanya atau tampilannya. Menjadi seniman teater adalah belajar menjadi orang lain yang berbeda dengan diri kita sendiri. Menghadapi sebuah tokoh yang mempunyai karakter dan kepribadian yang berbeda dengan diri sendiri merupakan hal yang tidak mudah.Dengan kata lain seniman teater berada di balik dirinya yang lain. Jadi tidak heran kalau orang menyebutkan seorang seniman itu bersembunyi di balik bidang seninya masing-masing.

Berbicara mengenai teater, beliau menyebutkan bahwa dunia teater saat ini mengahadapi sigma yang sigma itu sendiri tidak dapat di uraikan. Hal ini mungkin di karenakan teater saat ini adalah teater yang berjati diri bebas. Beberapa pandangan dari masyarakat mengatakan bahwa teater saat ini terkesan terlalu bebas, kumal, berteriak tanpa jelas, dan adegan-adegan yang tidak di duga-duga. Teater yang berjati bebas ini memang telah lahir dari dulu, tepatnya pada saat WS. Rendra mulai melakukan gerakan perubahan. Dalam gerakan perubahan itu lah timbul satu visi yang sama dan perwujudan visi itu dilakukan dengan cara yang tidak di duga-duga dan terkesan nekat.
    
Realita teater saat ini juga turut mengubah keadaan teater yang dulu. Menurut Mas Afrizal, generasi saat ini lebih pragmatis dari generasi yang dulu. Pasalnya dulu teater dan pemain teater itu sendiri melakukan dengan komitmen yang jelas. Sedangkan generasi saat ini melakukan teater berdasarkan sebuah kontrak (perjanjian) yang jelas, entah bertujuan untuk seni atau hanya untuk mencari keuntungan pribadi dari karya seni. Oleh karna hal ini beberapa pecinta teater mulai kehilangan rasa, karena teater saat ini menurut mereka lebih bersifat borjuis. 

Performance Art
              
           Di dalam keadaan yang demikian munculah sebuah cara berfikir baru dan munculah bentuk performance lain dari dunia pertunjukan. Adalah performace art yang menjadi fenomenal dan lebih di geluti seniman pertunjukan. Timbulnya performance art sebenarnya tidak hanya karena sigma-sigma yang terjadi di teater saat ini, performance art sudah ada pasca Mariana Abronorfid (aktris teater dari luar negeri). Ketidak puasan terhadap dunia pertunjukan saat itu yang bersifat sangat borjuis dan mencari bentuk popularitas atau ketenaran.

Black Market adalah sebutan untuk seniman yang melakukan pergerakan menentang keadaan yang borjuis di dalam dunia pertunjukan. Tidak sedikit seniman yang melakukan black market. Selain untuk menentang keadaan teater yang demikian mereka (para seniman black market) juga mempunyai beberapa alas an lain yang tidak kalah pentingnya. Mereka tidak memerlukan popularitas untuk melakukan sebuah performance atau pertunjukan, mereka melakukan berdasarkan kemauan sendiri tanpa kontrak atau perjanjian, dan mereka tidak membutuhkan publikasi.

Lantas jika mereka tidak memerlukan publikasi siapa yang akan melihat dan mengapresiasi? Dengan proses yang seperti ini secara berkelanjutan, penonton dan apresiasi akan datang sendiri. Masyarakat akan mampu mengapresiasi dari keadaan atau performance yang di tampilkan. Dalam hal ini strategi visual menjadi sangat penting. Salah satu pelaku performance art yang menarik dari Indonesia antara lain Hendra Setiawan (Seniman monolog) dan Didis (Seniman monolog) yang mampu membuat masyarakat mengapresiasi performance art mereka dengan karya yang cukup bagus.

Dengan keadaan yang demikian, teater mengalami perkembangan yang signifikan. Namun tetap pada porosnya yaitu dunia pertunjukan. Kedepannya akan lebih banyak lagi pandangan dan ide baru mengenai seni pertunjukan yang nantinya akan menambah kajian dan bentuk dari seni pertunjukan atau teater.

Komentar

  1. mohon maaf bang sebelumnya, ana mau tanya sama antum mengenai teater
    "apakah diperbolehkan menambahkan tokoh dan scene dalam naskah teater?"

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer